Sebagai sosok teladan utama, orang tua perlu melakukan berbagai aktivitas yang mengajarkan pentingnya berbagi untuk anak. Pasalnya, setiap orang memang akan saling membutuhkan satu sama lain. Jika tidak dilatih sejak dini, maka si buah hati bisa tumbuh menjadi orang egois.
Dalam ajaran agama pun, berbagi merupakan salah satu hal mulia. Apabila sudah membiasakan sejak dini, tentu saat menginjak remaja atau dewasa maka buah hati tidak akan kesulitan melakukannya. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dicoba untuk dilakukan.
Manfaat Berbagi dalam Kehidupan
Seperti telah disinggung di bagian sebelumnya, berbagi merupakan salah satu perbuatan mulia yang dianjurkan di semua ajaran agama. Hal tersebut bukan tanpa alasan karena terdapat banyak sekali manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
1. Membantu urusan orang lain
Manfaat pertama yang bisa dilihat secara jelas adalah dapat membantu orang lain yang sedang kesusahan. Perlu diketahui bahwa setiap orang tentu mempunyai nasib berbeda-beda. Ada yang diberikan hidup berkelimpahan, namun tidak sedikit juga mengalami kekurangan secara materi.
Orang yang berkekurangan materi akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membeli beras, membayar tagihan, menghidupi keluarga, dan lain-lain. Dengan membagikan sebagian harta, maka orang-orang tersebut akan terbantu.
2. Melatih bersyukur
Berbagi dengan orang lain merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas nikmat Tuhan yang telah dititipkan melalui seseorang. Aktivitas ini akan menanamkan pikiran bawah sadar bahwa diri memiliki keberlimpahan sehingga bukan tidak mungkin akan menarik keberlimpahan lebih banyak.
Bersyukur adalah kewajiban setiap umat manusia karena sudah diberikan berbagai macam kenikmatan, baik itu materi, kesehatan, relasi, dan masih banyak lagi. Dengan kata lain, ketika seseorang bersyukur maka hubungan dengan Tuhan akan menjadi lebih erat.
3. Menghindari rasa egois dan pelit
Anak yang tidak dididik berbagi sejak kecil besar kemungkinan akan tumbuh menjadi orang egois dan pelit. Tentu saja sifat tersebut kurang terpuji karena bisa membuat orang lain kesusahan. Sifat ini juga bisa menjauhkan seseorang dalam pergaulan.
Berbagi sebenarnya tidak terpaku pada uang saja. Sebagai contoh, ketika masih anak-anak berbagi bisa diwujudkan dengan memberikan makanan, perhatian, atau meminjamkan mainan. Seiring berjalannya usia, maka makna berbagi bisa lebih luas seperti uang salah satunya.
Contoh Aktivitas yang Mengajarkan Pentingnya Berbagi untuk Anak
Berikut ini adalah beberapa contoh aktivitas yang mengajarkan pentingnya berbagi untuk anak. Perlu diketahui bahwa cara tersebut mungkin tidak berhasil pada setiap anak. Oleh karena itu, orangtua juga perlu melakukan penyesuaian terhadap karakteristik sang buah hati.
1. Menanyakan alasannya
Setiap keputusan yang diambil oleh buah hati tentu memiliki alasan tersendiri dalam benaknya. Oleh sebab itu, cobalah untuk menanyakan terlebih dahulu kepada mereka kira-kira apa yang menyebabkan tidak mau berbagi.
Sebagai contoh, saat tidak mau berbagi mainan dengan anak lain, mungkin ia sangat menyayanginya seperti menjadi teman tidur setiap malam. Kondisi ini memang akan membuat mereka merasa berat untuk memberikan atau bahkan sekadar meminjamkan.
Selanjutnya, ada juga kasus di mana si buah hati tidak mau berbagi makanan karena merasa teman-temannya nakal. Cobalah pahami alasan-alasan tersebut karena masing-masing tentu mempunyai penyelesaian berbeda-beda.
Ketika ia terlalu sayang kepada mainan sehingga tidak mau meminjamkan, berikan pengertian bahwa meminjam itu pasti akan dikembalikan. Selain itu, dengan meminjamkan akan membuat teman menjadi lebih sayang karena tidak semua orang bisa membeli mainan tersebut.
2. Menggunakan barang secara bergiliran
Cara ini dapat diterapkan pada kakak beradik. Orang tua bisa mencoba membiasakan si buah hati menggunakan barang secara bergiliran. Pertama-tama, berikan barang pada anak pertama lalu minta untuk memberikan pada teman mainnya setelah beberapa menit.
Lakukan ini selama beberapa kali agar anak-anak mulai terbiasa saling membagi waktu. Kegiatan ini akan membuat si kecil merasa bahwa mainan atau barang yang diberikan pada orang lain tidak berarti sudah tidak bisa bermain menggunakannya lagi.
Justru, dengan saling berbagi, ia juga bisa merasakan mainan teman-temannya sehingga semua bisa bermain bersama-sama. Ketika sudah terbiasa, maka time sharing akan dilakukan secara otomatis dan si kecil tidak akan keberatan apabila mainan digunakan oleh orang lain.
3. Jangan cepat menghukum
Terkadang buah hati akan memberikan reaksi cukup keras saat diberi pengertian seperti dengan membentak atau menangis. Saat itu terjadi, orang tua disarankan untuk tidak terlalu cepat memberikan hukuman atau teguran keras.
Kekerasan justru akan membuat anak semakin tidak mau mendengarkan orangtua sehingga pembentukan karakter akan terhambat. Sebaliknya, cobalah untuk tenang sejenak dan tunggu sampai anak tersebut juga tenang.
Setelah itu, berikan penjelasan dengan lembut tentang kenapa dia harus berbagi. Apabila ia masih bersikeras, mungkin kasus tersebut membutuhkan penanganan lebih lama sehingga harus dibentuk secara perlahan-lahan.
4. Tidak memaksa
Orangtua juga tidak disarankan untuk terlalu memaksakan anak berbagi. Meskipun baik, perilaku yang dipaksa juga dapat membuatnya menjadi tidak nyaman. Jika berlarut-larut, maka ia akan menganggap berbagi adalah hal tidak menyenangkan.
Setiap anak pasti memiliki karakter berbeda-beda. Ada karakter yang sangat mudah diajak untuk berbagi kepada orang lain. Akan tetapi, ada pula karakter sebaliknya sehingga membutuhkan penanganan secara perlahan-lahan.
Mulailah dengan aktivitas kecil terlebih dahulu seperti memberikan barang yang tidak terlalu ia sukai. Setelah itu, cobalah ambil barang tersebut. Tidak adanya kedekatan dengan benda tersebut akan membuatnya lebih mudah dalam merelakan.
Setelah itu, perlahan-lahan latih dengan barang-barang milik mereka seperti mainan favorit. Orangtua bisa mencoba meminjam barang tersebut selama beberapa menit lalu mengembalikan kembali. Ulangi kembali dengan durasi lebih lama sampai si kecil terbiasa.
5. Memberikan contoh langsung
Tidak bisa dipungkiri bahwa sebanyak apapun nasihat diberikan pada anak, mereka hanya akan mencontoh perilaku orangtua dan orang terdekatnya. Dengan kata lain, orangtua juga perlu mencontohkan bagaimana berbagi dengan orang lain.
Ada beberapa aktivitas bisa dilakukan seperti mengajak memberikan makan hewan peliharaan atau memberikan sedekah pada orang tidak mampu. Dengan adanya contoh berbagi langsung, maka anak akan jauh lebih mudah untuk menirukannya.
6. Memberikan apresiasi
Cara terakhir adalah memberikan apresiasi ketika si kecil mau untuk berbagi dengan orang lain. Bentuk apresiasi ini bisa bermacam-macam, salah satu hal paling sederhana adalah mengucapkan terima kasih. Dengan ucapan terima kasih, maka anak akan merasa bangga atas perbuatannya.
Selain itu, apresiasi juga bisa ditunjukkan dengan memberikan hadiah kecil seperti membelikan mainan kesukaannya. Akan tetapi, cara ini tidak direkomendasikan untuk dilakukan terus-menerus karena berpotensi menyebabkan anak terbiasa berbagi hanya untuk imbalan.
Dengan melakukan beberapa aktivitas yang mengajarkan pentingnya berbagi untuk anak di atas, orangtua bisa terbantu dalam membentuk karakter si kecil sejak dini. Perlu diketahui bahwa aktivitas tersebut tidak akan memberikan hasil instan.
Oleh sebab itu, diperlukan konsistensi dan kedisiplinan agar karakter anak bisa terbentuk dengan kuat. Ketika karakter sudah terbentuk, maka kebiasaan berbagi bisa tertanam kuat sampai mereka beranjak dewasa.