Banyak orang tua masih bingung mencari solusi menjawab pertanyaan sulit dari anak. Padahal, kejadian seperti itu sangat mungkin terjadi seiring banyaknya stimulus yang diterima, baik itu dari membaca, melihat lingkungan, atau pengaruh sosial media.
Jika tidak menjawab, maka dikhawatirkan anak menjadi kurang percaya diri dan mematikan rasa ingin tahunya. Akan tetapi, orangtua mungkin juga kesulitan untuk menjawabnya dan menjelaskan dengan cara sederhana. Oleh karena itu, silakan simak pembahasan pada kali ini.
Contoh Pertanyaan yang Sulit dari Anak
Sebenarnya ada banyak pertanyaan sulit yang mungkin akan dilontarkan. Akan tetapi, berikut ini adalah beberapa contoh paling sering terjadi. Biasanya si kecil akan menanyakan setelah mendapatkan istilah atau kosakata dari sumber tertentu seperti buku, televisi, atau media sosial.
1. Tentang kematian
Si kecil akan mulai mempertanyakan tentang kematian ketika melihat fenomena ini seperti ada kerabat, tetangga, atau keluarga yang meninggal. Bahkan, dari sekian banyak pertanyaan, perihal kematian cukup krusial karena dapat membuat anak menjadi ketakutan.
Pasalnya, ia akan khawatir karena suatu hari orang-orang yang disayangi akan meninggal dunia, bahkan dirinya sendiri. Inilah sebabnya saat menjawab pertanyaan harus berhati-hati. Selain menjawab rasa ingin tahu, pastikan penjelasan tidak membuatnya takut akan kematian.
Sebagai contoh, berikan penjelasan bahwa kematian itu akan dialami setiap orang dan bukan hal menakutkan. Kenapa tidak perlu ditakutkan adalah karena meninggal artinya akan bertemu dengan Tuhan. Bahkan, jika meninggal dengan banyak pahala, maka Tuhan akan memberikan hadiah terbaik berupa surga.
Jadi, ketika ada orang meninggal atau orang-orang tercinta sudah tiada, kita patut mendoakan agar mereka mendapatkan hadiah surga. Selagi masih hidup, kita juga harus selalu berbuat kebaikan supaya kelak bisa ikut ke surga kembali bertemu dengan orang tercinta yang telah tiada.
2. Tentang Tuhan
Menjelaskan tentang Tuhan kepada anak memang cukup sulit karena bukan sesuatu yang tampak kasat mata. Beberapa hal yang kerap ditanyakan adalah Tuhan itu apa, siapa itu Tuhan, kenapa kita berdoa pada Tuhan, dan lain-lain.
Saat mendapati pertanyaan seperti ini, berikan gambaran bahwa Tuhan adalah sosok yang menciptakan seluruh isi dunia. Tuhan juga berkehendak atas segala sesuatu seperti orang meninggal, daun jatuh, matahari terbit, hujan, dan sebagainya.
Tuhan selalu berada di hati kita. Oleh karena itu, kita harus selalu berbuat kebaikan dan meninggalkan kejahatan agar Tuhan senang. Ketika Tuhan senang, maka kita akan mendapatkan pahala dan dijanjikan masuk surga.
Cara dan Solusi Menjawab Pertanyaan Sulit dari Anak
Sebenarnya terdapat beberapa solusi menjawab pertanyaan sulit dari anak. Orang tua bisa memilih mana metode paling nyaman atau mencobanya satu per satu terutama ketika pertanyaannya diajukan secara terus menerus.
1. Mengajak diskusi
Tidak semua orangtua mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Oleh karena itu, salah satu solusi bisa digunakan adalah mengajak diskusi bersama-sama. Biasanya ketidakmampuan tersebut kerap diekspresikan dengan jawaban seperti pertanyaan itu hanya untuk orang dewasa.
Meskipun secara kenyataan si kecil memang belum cukup umur, namun menjawab seperti itu kurang tepat karena dapat menghambat keingintahuan si kecil. Cobalah untuk mengajak diskusi seperti menanyakan, “Bagaimana menurutmu?”
Pertanyaan seperti itu akan membuka ruang diskusi meskipun ringan. Sebagai contoh, ketika ia menanyakan tentang Tuhan, jawaban bisa berupa “Tuhan menciptakan segala yang ada di dunia ini, mulai dari ayah, ibu, kamu, teman-teman kamu, pohon, laut, bumi, dan semuanya. Oleh karena itu, kita harus rajin beribadah sebagai tanda terima kasih kepada-Nya.”
2. Mengulang pertanyaan
Saat anak menanyakan hal tidak terduga atau bahkan belum waktunya, kebanyakan orang tua akan refleks kaget dan tidak jarang berbalik memarahi anak. Sikap reaktif tersebut akan membuat anak menjadi takut dan kurang percaya diri dalam bertanya.
Alih-alih melakukan hal demikian, orang tua bisa mencoba mengulangi pertanyaan anak. Misalnya, ia bertanya tentang apa itu seks. Kemudian, silakan ulangi pertanyaan seperti, “Kamu ingin tahu apa itu seks?”
Selain memastikan bahwa topik tersebut adalah yang ditanyakan anak, mengulang pertanyaan juga akan membuat anak menjadi lebih nyaman karena merasa didengarkan. Jadi, jangan sekali-kali memarahi atau membentak atas pertanyaan mereka yang tidak terduga.
3. Mencari tahu kenapa ditanyakan
Orangtua pasti akan merasa terkejut ketika anak tiba-tiba menanyakan hal tidak terduga. Selain bertugas menjawabnya, orangtua perlu mengetahui dari mana mereka tahu istilah-istilah tersebut. Cobalah bertanya, “Dari mana kamu tahu kata-kata itu?”
Meski demikian, tetap sampaikan pertanyaan tersebut dengan lembut agar si kecil tetap merasa nyaman. Dengan menanyakan ini, maka Anda akan tahu pengalaman apa yang telah dilaluinya, apakah tahu setelah bertemu dengan teman-teman, melihat konten di sosial media, membaca buku, atau sebagainya.
Ketika mendapati kata-kata kurang patut, maka cara ini dapat membantu untuk memantau. Sebagai contoh, apabila si kecil tahu istilah dari sosial media, mulai saat itu cobalah untuk memantau penggunaan ponsel anak agar tidak terjerumus pada konten-konten negatif.
4. Mencari tahu jawaban
Tidak ada kewajiban untuk menjawab pertanyaan secara langsung dengan detail. Ada kalanya orangtua memang belum memahami betul atau tidak siap dengan bagaimana cara menjelaskan. Di kondisi seperti ini, jelaskan pada anak bahwa Anda membutuhkan waktu dalam menjawabnya.
Berikan janji bahwa akan menjawab di esok hari atau beberapa hari setelahnya. Di waktu tersebut, cobalah mencari beberapa sumber referensi terkait pertanyaan yang dilontarkan. Selain itu, orang tua bisa mencoba berkonsultasi pada ahli terkait bagaimana cara menjelaskan secara sederhana pada si kecil.
5. Menjelaskan dengan sederhana
Tingkat pemahaman anak-anak tentu berbeda dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, sebaiknya jelaskan jawaban dengan bahasa sederhana agar mudah mereka pahami. Hal ini memang membutuhkan keterampilan karena jarang orang bisa menjelaskan hal rumit dengan cara sederhana.
Hindari menggunakan istilah-istilah asing karena justru akan membuatnya semakin bingung. Gunakan kosakata yang telah mereka kuasai saat itu. Dengan demikian, mereka akan jauh lebih mudah dalam memahami jawaban.
Alasan Tidak Perlu Menjawab Pertanyaan Anak
Ketika anak menanyakan pertanyaan yang sulit, sebenarnya orangtua tidak selalu diharuskan menjawabnya. Terkadang, ada beberapa alasan kenapa pertanyaan tersebut tidak perlu dijawab. Beberapa alasan ini antara lain mengajarkan anak mandiri dalam mencari tahu sehingga akan lebih rajin membaca buku.
Selain itu, membiarkan anak mencari tahu sendiri akan membuatnya lebih kreatif dalam menemukan solusi permasalahannya. Mereka juga akan menjadi orang percaya diri, terlebih ketika berhasil mendapatkan jawaban sendiri.
Sangat penting bagi orangtua mengetahui kapan waktu untuk menjawab dan membiarkan ia mencari tahu sendiri. Apabila pertanyaan tersebut bersifat pengetahuan umum, maka biarkan mereka mencari tahu lewat membaca. Sementara itu, untuk pertanyaan krusial dan butuh bimbingan, orangtua perlu membantunya.
Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah bahwa solusi menjawab pertanyaan sulit dari anak adalah melihat terlebih dahulu kondisinya. Apabila masih dimungkinkan mencari tahu secara mandiri dan tidak menimbulkan kesalahan pemahaman, maka sebaiknya biarkan anak untuk mandiri.
Akan tetapi, untuk hal-hal yang bersifat berat seperti tentang Tuhan, kematian, seks, dan sebagainya, orangtua harus mampu menjawab dan membimbingnya sampai nanti tiba saatnya untuk memahami seutuhnya. Hal ini sangat penting agar anak tidak terjerumus pada pemahaman yang melenceng.