Sudut pandang cerpen disebut point of view, yang jenisnya ada 4: orang pertama, kedua, ketiga, dan campuran. Dua diantaranya masih dibagi lagi jenisnya.
Ada sejumlah unsur yang perlu diperhatikan saat menyusun sebuah cerita fiksi seperti novel dan cerpen (cerita pendek). Unsur tersebut dibagi menjadi dua jenis, yakni ekstrinsik dan intrinsik. Nah, pada unsur intrinsik masih ada beberapa unsur lagi, yang salah satunya adalah sudut pandang cerpen (point of view).
Definisi sudut pandang adalah cara penulis dalam menempatkan diri di dalam cerita. Bisa dikatakan juga bahwa sudut pandang berhubungan dengan siapakah orang yang menceritakan cerita. Biasanya, sudut pandang yang dipilih oleh pembuat cerpen akan menentukan corak dan gaya cerita.
Menurut sebuah buku yang berjudul “Mengenali dan Menuliskan Ide Menjadi Cerpen” terbitan 2020 karya I Wayan Kerti, disebutkan bahwa sudut pandang memiliki peran penting terkait kejadian yang akan diceritakan di dalam cerpen dan dapat membawa pembaca untuk masuk lebih dalam ke dalam cerita.
Macam-macam Sudut Pandang Cerpen
Karena cerpen termasuk cerita fiksi, maka sudut pandangnya ada banyak, yang bisa Anda cek di bawah ini lengkap beserta contohnya:
1. Sudut Pandang Orang Pertama
Ciri khas dari sudut pandang jenis ini adalah menggunakan istilah "saya", "aku", atau "kami" dan "kita". Lewat sudut pandang orang pertama, pembaca akan dibuat seolah-olah menjadi tokoh di dalam cerita yang dibaca. Selanjutnya sudut pandang jenis ini masih dibagi lagi menjadi dua jenis seperti berikut:
Sudut Pandang Orang Pertama Tokoh Utama
Sudut pandang ini akan menggambarkan berbagai hal terkait tokoh utama yang biasa disebut dengan "aku atau saya". Berbagai hal tersebut bisa berupa sikap, pikiran, perasaan, tingkah laku, atau pun kejadian yang dialami.
Jika di dalam cerpen ada tokoh lain selain "aku atau saya", maka biasanya ceritanya hanya sedikit atau sebatas keterkaitan dengan tokoh utama tadi. Anda bisa cek contohnya di bawah ini:
Aku sedang duduk termenung di sudut kamar sambil menatap jam dinding yang terus berdetak. Suaranya tampak nyaring karena ruang kamar yang begitu sunyi. Jarum jam menunjukkan pukul 2 dini hari, namun mataku masih saja sulit untuk terpejam karena pikiran yang masih berkutat dengan tugas-tugas kuliah.
Sudut Pandang Orang Pertama Tokoh Sampingan
Pada sudut pandang jenis ini, tokoh juga disebut dengan "aku atau saya", namun tidak menjadi tokoh utama melainkan sampingan / pendamping.
Tokoh jenis ini kadang juga disebut dengan peran pembantu jika dalam sebuah sinetron atau film. Tokoh sampingan ini biasanya menceritakan kejadian / peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Berikut contohnya:
Kringg.. kringg.. Suara telepon rumah Doni berdering dan memecah kesunyian. Dengan sigap ia berlari ke arah meja telepon dan menempelkan gagang telepon di telinga.
Selang beberapa detik, gagang telepon tampak terlepas dari genggaman tangan Doni dan ia tampak berurai air mata. Rupanya hal yang ditakutkan benar terjadi, kedua orang tuanya masuk dalam daftar korban kecelakaan pesawat yang terjadi semalam.
2. Sudut Pandang Orang Kedua
Secara general, sudut pandang orang kedua dalam sebuah karya sastra sebenarnya jarang digunakan atau terkadang hanya sebagai selingan. Kebanyakan cerpen hanya menggunakan sudut pandang orang pertama dan ketiga.
Namun untuk menambah wawasan, tidak ada salahnya jika Anda juga memahami apa itu sudut pandang cerpen orang kedua. Ciri khas dari sudut pandang jenis ini adalah berikut:
- ▪ Menggunakan sebutan "kau", yang menjadi salah satu variasi dari cara memandang tokoh yang disebut "dia" dan "aku".
- Karakteristik lainnya adalah narator seolah mengajak pembaca untuk berbicara.
Ciri khas kedua termasuk tidak termasuk lazim dalam karya fiksi seperti cerpen, namun cukup familiar pada pidato, puisi, artikel persuasif, dan penulisan instruksional.
3. Sudut Pandang Orang Ketiga
Sudut pandang jenis ini ditandai dengan sebutan ia, dia, atau dalam bentuk jamak yakni mereka. Terkadang, juga bisa dengan langsung menyebut nama dari tokoh yang dimaksud. Sekilas, sudut pandang orang ketiga mungkin tampak sama dengan sudut pandang orang pertama dalam hal sebutan di atas.
Namun sebenarnya ada perbedaan, yaitu pada kebebasan peran. Pada sudut orang pertama, penulis dapat menjadi sosok dirinya sendiri pada cerpen yang ditulis. Namun hal ini tidak dapat diaplikasikan pada sudut pandang orang ketiga. Selanjutnya, sudut pandang orang ketiga dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
Terbatas
Pada sudut pandang jenis ini, narator hanya dapat menonton peristiwa atau melihat kejadian yang ada di depannya dan tidak dapat membaca isi hati atau pikiran dari karakter lain. Sudut pandang terbatas dapat mengetahui hal ini hanya jika karakter lain memberitahunya.
Serba Tahu
Sesuai namanya, sudut pandang orang ketiga serba tahu adalah sudut pandang yang memungkinkan penulis cerpen untuk tahu mengenai berbagai hal terkait karakter lain, seperti sifat, perasaan, isi hati / pikiran, watak, kejadian yang dialami, atau bahkan latar belakang dari sebuah peristiwa. Contohnya:
Sudah sekitar 5 hari Rika tidak masuk sekolah dan tanpa surat izin. Rupanya, kedua orang tuanya tidak tahu bahwa Rika memang kerap membolos.
Hal ini dilakukan Rika sebagai salah satu bentuk protes dari keputusan kedua orang tuanya yang berpisah. Rika merasa sangat patah hati dan melampiaskan emosi dengan cara-cara yang negatif.
Pengamat (Serba Tahu Terbatas)
Pada sudut pandang ini, penulis akan membawa pembaca untuk mengetahui sejumlah hal terkait satu karakter / tokoh lewat pengamatan, hal yang didengar, atau dengan merasakan suatu kejadian yang ada pada cerpen. Contohnya adalah:
Entah hal apa yang sebenarnya membuat Siti berubah sikap akhir-akhir ini. Mukanya tidak seceria dulu, bahkan lebih sering murung atau cemberut.
Ia menjadi lebih pendiam dari sebelumnya, dan saat jam makan siang lebih sering menyendiri daripada bersama teman-teman. Mungkinkan karena masalah dengan ibu mertua yang tak kunjung selesai itu?
4. Sudut Pandang Campuran
Satu lagi sudut pandang cerpen adalah campuran, yaitu gabungan dari berbagai sudut pandang di atas. Namun biasanya, penulis hanya memasukkan dua sudut pandang, yaitu orang ketiga dan pertama.
Salah satu ciri khas dari sudut pandang jenis ini adalah penulis dapat masuk ke dalam cerpen namun tidak sebagai karakter utama. Terkadang juga ada momen saat penulis masuk ke cerita sebagai orang biasa. Contoh sudut pandang jenis ini adalah:
Aku Nisa. Aku lahir sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Kondisi finansial keluargaku bisa dikatakan di bawah standar. Hidup kami termasuk kekurangan, bahkan sering hanya makan 1x sehari.
Ibuku seorang buruh cuci baju di rumah-rumah warga sekitar yang lebih mapan, sedangkan ayahku sudah meninggal sejak adikku masih berusia 5 tahunan.
Kehidupanku sejak kecil hingga sekarang baikan Bumi dan langit dengan Angga. Ia terlahir sebagai anak orang kaya yang tidak pernah merasakan perut lapar atau harus berdesak-desakan naik KRL sepulang kerja.
Sejak TK ia sudah memiliki sopir pribadi siap mengantar jemput kemana saja. Bahkan meski tanpa bekerja, Angga bisa hidup mewah hingga 7 turunan.
Kesimpulannya, sudut pandang cerpen ada empat, yaitu orang pertama, kedua, ketiga, dan campuran. Namun untuk orang kedua jarang sekali digunakan. Masing-masing sudut pandang memiliki ciri khas berbeda yakni dari sebutan tokoh, seperti “aku”, “dia”, “mereka”, “kita”, atau langsung menyebut nama.