Selain kemampuan akademik, orang tua juga perlu tahu bagaimana tips mengembangkan sosial emosional anak. Pendidikan sosial memang sangat penting karena saat menjalani kehidupan, seseorang tentu membutuhkan bantuan dari orang lain.
Apabila tidak dilatih sejak kecil, maka kemungkinan besar ia akan menjadi sosok egois dan berdampak sangat buruk dalam kehidupan. Tujuan dari pendidikan sosial adalah melatihnya mengungkapkan perasaan, menjalin hubungan pertemanan, serta memahami emosi baik diri sendiri maupun orang lain.
Apa Itu Kemampuan Sosial Emosional?
Kemampuan sosial emosional bisa dikatakan sebagai bentuk kepekaan seseorang dalam memahami perasaan, baik itu pada diri sendiri maupun orang lain. Oleh sebab itu, kemampuan ini sangat penting untuk dimiliki setiap orang dan harus dipupuk sejak usia dini.
Beberapa contoh bentuk kemampuan sosial yang perlu diajarkan antara lain bagaimana mereka mengekspresikan diri di depan orang lain, mengenali ketika anak lain sedih, dan memahami perasaan diri sendiri. Ketika semua itu sudah dimiliki, maka kehidupan bersosial mereka akan jauh lebih baik.
Fase Perkembangan Sosial Emosional pada Anak
Meskipun penting, namun orang tua harus memahami terlebih dahulu terkait fase perkembangan anak. Secara mendasar, setiap rentang usia memiliki fase perkembangan sosial emosional berbeda-beda. Apabila terdapat perbedaan, orang tua bisa berkonsultasi kepada dokter atau ahli anak.
1. Berusia dua bulan
Ketika si buah hati berada di usia dua bulan, mereka akan sering menangis guna memperoleh apa yang ia inginkan. Selain itu, perilaku seperti mengisap ibu jari juga kerap dilakukan saat merasa tidak nyaman agar lebih tenang. Pada beberapa kasus, di usia ini bayi sudah bisa tersenyum ketika merasa senang.
2. Berusia empat bulan
Kemudian, di usia empat bulan buah hati tetap akan menangis untuk mengungkapkan perasaannya. Akan tetapi, cara menangis tersebut cenderung berbeda, tergantung dari keinginan apakah itu sedang lelah, sakit, atau lapar. Anak juga sudah dapat menggoyangkan benda-benda kecil untuk bermain.
3. Berusia enam bulan
Apabila buah hati sudah berusia enam bulan, sejatinya mereka telah memiliki kemampuan dalam membedakan orang yang dikenal atau tidak. Kemampuan merespons emosi orang lain juga sudah mulai muncul. Tak hanya itu saja, mereka sudah bisa melihat dan menyadari diri sendiri saat berada di depan cermin.
4. Berusia sembilan bulan
Di usia ini, anak telah mampu menunjukkan perasaan cemas ketika berada di sekitar orang asing. Itulah sebabnya menangis akan menjadi pilihan saat berada di kondisi tersebut. Kemudian, ia juga mampu memilih mainan kesukaannya.
5. Berusia satu tahun
Ketika menginjak usia satu tahun, normalnya buah hati sudah mulai bisa mengenal anak lain dan bermain dengannya. Beberapa hal lain yang bisa dilakukan antara lain menciptakan suara tertentu, memberikan mainan, dan interaksi lainnya.
6. Berusia 1,5 hingga 2 tahun
Kemampuan komunikasi di rentang usia ini tergolong meningkat. Hanya saja, terkadang ekspresinya cenderung berlebihan seperti tantrum ketika keinginannya tidak terkabulkan. Selain itu, mereka mulai mampu meniru teman atau orang dewasa.
7. Berusia 4 tahun
Terakhir adalah di rentang 3 hingga 4 tahun. Mereka sudah bisa menunjukkan emosi yang dirasakan dan bermain dengan anak-anak lain. Meski begitu, kebiasaan tantrum juga masih kerap terjadi jika tidak memperoleh apa yang diinginkan. Untuk usia di atasnya, orang tua bisa mencari sumber referensi lain atau berkonsultasi dengan ahli.
Beberapa Tips Mengembangkan Sosial Emosional Anak
Ada beberapa tips mengembangkan sosial emosional anak yang bisa dilakukan. Perlu diketahui bahwa tips berikut hanya berfungsi sebagai media membantu saja. Masih ada faktor-faktor lain yang bisa menentukan hasilnya.
1. Mengajak bermain di luar rumah
Cara pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak bermain di luar rumah. Langkah ini sangat baik terutama untuk membiasakan anak bertemu dengan orang-orang dan lingkungan baru. Pasalnya, tidak sedikit anak terlalu sering berada di rumah dan merasa shock saat diajak keluar.
Mereka akan merasa tidak nyaman dan mengungkapkannya dengan cara menangis, bahkan tantrum sekalipun. Ketika sudah terbiasa dengan lingkungan baru, maka anak akan lebih mudah berinteraksi dengan anak lain serta mengamati perasaannya.
Tentu saja cara ini tidak akan bisa langsung berhasil secara instan. Pada beberapa percobaan pertama, rasa tidak nyaman pasti akan tetap dirasakan oleh si buah hati. Oleh karena itu, cobalah melakukan ini secara bertahap, misalnya beberapa jam saja per hari.
2. Memberikan teladan
Semua pasti sepakat bahwa orang tua wajib menjadi contoh dan teladan bagi anak-anaknya. Hal tersebut termasuk dalam melatih kemampuan sosial emosionalnya. Cobalah memberikan contoh langsung dengan cara sering berinteraksi kepada anak lain.
Semakin sering anak melihat orang tuanya berinteraksi, maka mereka pun akan ikut merasa nyaman saat bertemu orang baru. Tak hanya itu saja, tunjukkan beberapa teladan baik seperti mengucapkan terima kasih, meminta maaf, saling memberi, dan lain-lain. Cara seperti ini tergolong cukup efektif karena di usia dini anak-anak akan sering mencontoh perilaku lingkungan sekitar, terutama orang tua.
3. Memberikan pengalaman baru
Sebaiknya jangan terlalu sering berlama-lama di lingkungan rumah karena hal tersebut akan membuat anak bosan. Selain itu, terlalu lama di rumah juga akan membuat mereka jarang berinteraksi. Oleh karena itu, setidaknya sisihkan satu hari dalam seminggu untuk memberikan pengalaman baru.
Pengalaman baru ini bisa bermacam-macam. Sebagai contoh, berikan mainan baru dengan cara main berbeda. Akan lebih baik jika permainan tersebut melibatkan orang lain agar buah hati bisa belajar berinteraksi seperti bermain dengan anak lainnya.
Kemudian, orang tua juga bisa mengajak anak rekreasi ke tempat baru seperti wisata alam, taman bermain, dan lain-lain. Semakin banyak pengalaman baru tersebut, maka keterampilan bersosialnya juga akan meningkat.
4. Mengajarkan untuk menolong sesama
Ajarkan anak untuk terbiasa menolong sesama. Tidak perlu terlalu besar, kegiatan kecil seperti membereskan mainan, membawakan minuman, atau meminjamkan mainan ke anak lain sudah sangat cukup dalam melatih kemampuan bersosialnya.
Sesekali, ajak juga mereka untuk bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Sambil melakukannya, ajarkan bahwa setiap orang memang saling membutuhkan sehingga perlu tolong-menolong. Jika hal tersebut berhasil, maka di usia remaja atau dewasa ia akan memiliki kemampuan sosial yang baik.
5. Memberikan apresiasi
Ketika si buah hati sudah berhasil melakukan sesuatu seperti menolong orang lain atau berinteraksi dengan lingkungan baru, maka cobalah untuk memberikan apresiasi. Apresiasi bisa berupa ucapan, pelukan, atau hadiah kecil.
Dengan memberikan apresiasi, maka ia akan memahami bahwa perbuatan tersebut adalah baik. Ia juga akan semakin percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Meski begitu, perlahan-lahan berikan pengertian bahwa jangan berbuat baik semata-mata untuk mendapatkan hadiah, melainkan sekadar menolong orang lain.
Beberapa tips mengembangkan sosial emosional anak di atas sudah bisa memberikan hasil baik jika dilakukan secara konsisten. Meski begitu, karakter setiap orang tentu berbeda-beda sehingga orang tua perlu melakukan pendekatan sesuai karakteristiknya.
Sebagai contoh, ada tipe anak yang sangat mudah berinteraksi dengan orang lain. Di sisi lain, ada juga yang sangat kesulitan bahkan merasa takut berlebih saat bertemu orang baru. Pada kondisi tersebutlah peran orang tua sangat penting.